Jurgen Klopp Ungkapkan Rahasianya Untuk Dapat Lupakan kekalahan
Jürgen Klopp saat
ini mungkin sudah layak disebut sebagai manajer terbaik di seluruh Eropa. Ia
mampu membawa Liverpool memenangi sejumlah gelar ternama termasuk Liga
Champions dan Piala Dunia Antarklub. Namun, di balik kesuksesan itu, Klopp
menyebut kalau dirinya pernah mengalami masa-masa sulit yang masih terasa
menyakitkan hingga sekarang.
Momen Kekalahan Masih Menyakitkan Bagi Klopp
Bicara soal
pengalaman, Klopp jelas merupakan seorang pelatih penuh talenta dan pengalaman.
Saat ini, ia tercatat baru kalah empat kali dalam 88 pertandingan Premier
League terakhir. Selain itu, tim asuhannya, Liverpool juga baru menelan dua
kekalahan sepanjang musim 2019/2020 di semua kompetisi.
Namun, Klopp
mengatakan kalau kekalahan yang pernah ia sempat membuatnya sedih. Klopp
mengaku kalau sejumlah kekalahan yang pernah ia alami masih sangat terasa,
bahkan hingga sekarang. Namun, manajer berkebangsaan Jerman tersebut mengatakan
kalau ia tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan akibat kekalahan itu.
Mengenai
kekalahan-kekalahan yang pernah ia alami, Klopp mengatakan, “Sejumlah kekalahan
itu masih sangat membekas dalam diri saya. Itu tidak pernah berubah dalam diri
saya. Tapi, saya tak pernah membawa itu dalam beberapa minggu ke depan. Kau
hanya perlu pulang ke rumah dan berpikir kalau kau sudah menampilkan permainan
di atas rata-rata.”
Cara Klopp Lupakan Kekalahan
“Sehari setelah
kalah, saya tidak mau terus berada dalam kesedihan.” Katanya. “Ini adalah
pekerjaan saya untuk memastikan kami memenangkan pertandingan berikutnya. Saya
tidak yakin apakah saya dapat belajar dari kekalahan itu. Semuanya hanya
tentang laga berikutnya. Saya tak akan memikirkan hal lain selain itu.”
“Jangan pikirkan
bagaimana kau bisa mendapat kekalahan itu. Pikirkan apa yang akan kamu lakukan,
bukan apa yang kamu sudah lakukan. Itu adalah semua hal yang harus kami perbuat
setiap hari. Kami harus bekerja dengan menganalisis lawan secara spesifik,
lawan yang memintamu untuk melakukan hal-hal yang berbeda.”
Klopp Bawa Liverpool Bangkit dari Kekalahan Terbesar
Dalam karir
kepelatihan Klopp di Liverpool, ada beberapa kekalahan terbesar eks manajer
Borussia Dortmund itu. Dua di antaranya adalah kekalahan pada final Liga
Champions 2018 dan kekalahan pada final Liga Eropa di tahun 2016.
Kekalahan-kekalahan ini merupakan dua kekalahan paling menyakitkan yang pernah
didapat The Reds.
Akan tetapi, usai
menelan dua kekalah itu, The Anfield Gank seakan lebih terbiasa untuk meraih
kemenangan di musim ini. Di Premier League, mereka tercatat sudah mengoleksi 61
poin dari kemungkinan 63 poin yang bisa mereka dapat. Ini menjadikan mereka
sebagai tim dengan pencapaian domestik terbaik di seluruh Eropa musim ini.
Kekalahan Paling Menyakitkan Dalam Karir Klopp
Manajer Liverpool
ini mengingat masa lalunya ketika masih bersama Mainz. Ia mengatakan di sanalah
ia menemukan cara untuk bangkit dari kekalahan telak. Saat masih menukangi tim
asal Jerman itu, Klopp pernah dua kali beruntun gagal membawa timnya promosi.
Pada musim 2001/2002 dan 2002/2003, Klopp gagal membawa Mainz promosi ke
Bundesliga.
“Waktu itu. kami
harus bertanding di Berlin dan kami kembali berlatih.” Kata Klopp menggambarkan
kegagalan pertamanya itu. “Saya merasa gusar pada saat itu karena pemain
andalan saya, Marcus Schuler mengatakan ia akan pergi ke Hannover. Pada waktu
itu, saya berpikir, sekarang saya harus mencari bek kiri.”
“Tapi, puluhan
ribu orang sudah menunggu kami di Mainz dan saya harus melaju ke babak
selanjutnya. Dan pada saat itu, saya sudah tidak kecewa lagi. Saya sudah
mempersiapkan musim berikutnya. Semusim berikutnya kami mengalami musim yang
sama dengan puluhan ribu orang menunggu, tapi bedanya, waktu itu tidak ada
pemain yang ingin pergi.”
Pria berusia 52
tahun itu mengatakan kalau itu adalah kekalahan terberatnya. Klopp juga
menyebut kalau saat ini ia tak bisa disakiti lagi. Ia mengatakan, “Saya pikir
tak ada lagi yang dapat melukai saya setelah itu. Beberapa jam setelah menerima
keputusan tak mendapat promosi adalah yang terberat bagi saya.